Batik Tulis adalah warisan leluhur bangsa Indonesia. Perkembangan batik pada masa sekarang cukup menggembirakan, hal ini berdampak positif bagi produsen batik-batik di berbagai daerah. Permintaan batik tulis maupun batik cap sangat tinggi sekali, walaupun kebutuhan pasar batik tersebut sebagian sudah dipenuhi dengan tekstil bermotif batik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tekstil yang bermodal besar. Banyak diantara kita masih sangant awam dengan Batik Tulis, bahkan mungkin anda sulit atau tidak bisa membedakan mana yang batik tulis mana yang batik cap.
Perbedaan batik tulis dan batik cap bisa dilihat dari beberapa hal sbb:
Batik Tulis- Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
- Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
- Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
- Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
- Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
- Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
- Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.
- Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.
- Dikerjakan dengan menggunakan cap (alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk sesuai dengan gambar atau motif yang dikehendaki). Untuk pembuatan satu gagang cap batik dengan dimensi panjang dan lebar : 20 cm X 20 cm dibutuhkan waktu rata-rata 2 minggu.
- Bentuk gambar/desain pada batik cap selalu ada pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak berulang dengan bentuk yang sama, dengan ukuran garis motif relatif lebih besar dibandingkan dengan batik tulis.
- Gambar batik cap biasanya tidak tembus pada kedua sisi kain.
- Warna dasar kain biasanya lebih tua dibandingkan dengan warna pada goresan motifnya. Hal ini disebabkan batik cap tidak melakukan penutupan pada bagian dasar motif yang lebih rumit seperti halnya yang biasa dilakukan pada proses batik tulis. Korelasinya yaitu dengan mengejar harga jual yang lebih murah dan waktu produksi yang lebih cepat. Waktu yang dibutuhkan untuk sehelai kain batik cap berkisar 1 hingga 3 minggu.
- Untuk membuat batik cap yang beragam motif, maka diperlukan banyak cap. Sementara harga cap batik relatif lebih mahal dari canting. Untuk harga cap batik pada kondisi sekarang dengan ukuran 20 cm X 20 cm berkisar Rp. 350.000,- hingga Rp. 700.000,-/motif. Sehingga dari sisi modal awal batik cap relatif lebih mahal.
- Jangka waktu pemakaian cap batik dalam kondisi yang baik bisa mencapai 5 tahun hingga 10 tahun, dengan catatan tidak rusak. Pengulangan cap batik tembaga untuk pemakainnya hampir tidak terbatas.
- Harga jual batik cap relatif lebih murah dibandingkan dengan batik tulis, dikarenakan biasanya jumlahnya banyak dan miliki kesamaan satu dan lainnya tidak unik, tidak istimewa dan kurang eksklusif.
Benarkah Batik Indonesia Berasal dari India?
Sebelum UNESCO mengukuhkan Batik sebagai warisan budaya dunia (non benda) yang berasal dari Indonesia, sempat terjadi simpang siur tentang asal mula Batik Indonesia. Bahkan ketika disahkannya pun, masih ada beberapa pihak yang meributkan mengapa Indonesia berhak sebagai negara asal Batik.Awal mula perdebatan bahwa Batik Indonesia berasal dari India adalah ketika G.P Rauffaer menyatakan Batik Jawa berasal dari luar, yang dibawa pertama oleh orang Kalinga & Koromandel (Hindu) yang berlaku sebagai pedagang kemudian menjadi imigran kolonisator yang mulai berpengaruh di Jawa. Sementara dalam perkembangannya, proses lilin dari Kalinga-Koromandel berlangsung pada periode pengaruh Hindu berakhir, yaitu pada jaman Kerajaan Daha di Kediri.
Sementara itu jika ditilik dari kacamata Sejarah Kebudayaan, Prof. Dr. R. M. Sutjipto Wirjosuparto menyatakan bahwa sebelum bertemu dengan kebudayaan India, Bangsa Indonesia telah mengenal aturan-aturan menyusun syair, mengenal teknik membuat kain batik, mengenal industri logam, pengairan untuk pertanian hingga pemerintahan. Dijelaskan pula bahwa kesenian India yang masuk ke Indonesia, dikembangkan sendiri oleh Bangsa Indonesia. Ditambahkan oleh Prof. Moh. Yamin, Batik Indonesia sempat bersentuhan dengan Tiongkok pada sekitar abad 7-9.
Keraguan apakah Batik Indonesia memang berasal dari India, akhirnya terjawab oleh penelusuran Prof. Alfred Steinmann yang menyatakan bahwa Batik yang berasal dari India Selatan, baru mulai dibuat tahun 1516, kemudian dipasarkan ke Malaya dengan nama kain PALEKAT. Bahkan menurut Steinmann, jika ditinjau dari seni ornamennya, tidak terdapat persamaan seni ornamen dalam Batik Indonesia dengan ornamen-ornamen batik yang ada di India. Misalnya di India tidak terdapat tumpal, pohon Hayat, Garuda, & isen-isen cecek-sawut.
(Seni Kerajinan Batik Indonesia. S.K Sewan Susanto)