Dusun Giriloyo Wisata Budaya


Giriloyo hanyalah sebuah dusun di sudut timur Bantul yang terkadang lepas dari pengamatan. Faktanya, secara geografis Giriloyo memang sedikit jauh dari keramaian dan berada di perbukitan. Namun, di balik keterbatasannya itu, Giriloyo menyimpan niatan luhur. Niatan untuk mempertahakan budaya dan sekaligus mengubahnya menjadi potensi.
Terletak tepat di bawah makam raja-raja di Imogiri, Giriloyo  menyimpan eksotisme budaya, jalan sempit khas pedusunan tak menjadi hambatan, justru malah menjadi jalur lambat wisata budaya. Dusun ini dipenuhi punggawa budaya: mereka yang masih setia mempertahakan budaya dan mengekspresikannya dalam berbagai bentuk. Di Giriloyo, mereka berekspresi lewat kerajinan tangan. Selamat datang di Giriloyo. Anda akan memasuki wilayah sentra kerajinan Batik Tulis. Nikmatilah areal nuansa perbukitan khas Giriloyo, ditambah asiknya berwisata batik, melihat kain dilukis titik demi titik. Dusun Giriloyo menjadi Dusun kerajinan batik melalui proses yang panjang. Setelah dibangunnya makam raja-raja di Imogiri, maka kerajinan batik mulai tumbuh dan berkembang di wilayah dusun Giriloyo, dusun pajimatan, Kedung buweng, ds. Karangkulon, ds. Cengkehan. Pekerjaan pokok kaum hawa di dusun-dusun tersebut 99% sebagai pengrajin batik tulis. Meski hanya sekedar buruh, namun hasil dari membatik bisa menopang kebutuhan keluarga.Pasca gempa bumi 27 Mei 2006,  kegiatan perekonomian warga Giriloyo nyaris fakum dan lesu. Terutama  pada kaum hawa yang notabennya sebagai pengrajin batik berhenti total disebabkan karena segala peralatan membatik yang biasa digunakan untuk mengais rezeki musnah seiring terjadinya gempa bumi. Melihat kondisi yang demikian, maka  sebagai anak pengrajin batik dan sebagai generasi muda ikut prihatin dan merasa tergerak untuk mencari solusi atas keadaan yang  begitu memperihatinkan.
Peserta Belajar Batik (Siswa-siswi SMU Bogor)
Akhirnya semangat membatik tumbuh kembali, bahkan anak-anak usia remaja diberi pelatihan tentang pengembangan Desain motif, pewarnaan dan menjahit. Bukan itu saja, mereka kemudian membentuk kelompok-kelompok batik dan diberikan peralatan membatik, bak celup untuk pewarnaan.